Sabtu jam 5 pagi aku mulai sibuk menyiapkan perjalanan yang
tidak terlalu jauh yaitu ke kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
tepatnya di Ranu Kumbolo. Pagi itu cuaca cukup bagus tidak ada tanda-tanda akan
hujan dan sepertinya menjadi hari yang baik untuk melakukan aktivitas luar
ruangan. Perjalanan dimulai dari Asrama ke daerah Sawojajar.
Di sawo jajar siswa-siswa itu sudah berkumpul namun masih
ada beberapa yang belum sampai. Canda tawa mereka dalam menyiapkan berbagai
perlengkapan terdengar begitu renyah. Canda tawa mereka ini juga yang selalu
menemani sepanjang perjalanan. Masih ter ingat candaan salah satu dari mereka
yang enyinggung kalau tas temanya tidak muat karena membawa kosmetik.
Selesai mengatur barrang bawaan kami langsung berangkat menuju
Ranu Pane. Yang paling lucu adalah selama perjalana mereka berkali-kali
berhenti dengan alasan yang tidak jelas. Sampai akhirnya benar-benar berhenti
karena beberapa motor tidak kuat nanjak. Dan terpaksa beberapa motor
bolak-balik membantu membawa barang atau orang.
Di Ranu Pane kami langsung menuju ke tempat briefing. Briefing
sebelum mulai pendakian adalah kewajiban jadi harus sabar menunggu giliran. Saat
menunggu giliran siswa ini merasa ada beberapa berkas yang belum ada dan mereka
masih berusaha untuk melengkapinga.
Di bulan ini mulai diberlakukan sistem booking online untuk pendakian
ke Semeru. Sistem ini masih cukup ribet menurutku karena ada beberapa prosedur
yang menurutku kurang jelas sehingga terpaksa bolak-balik untuk melengkapi
administrasi.
Setelah menyelesaikan briefing dan segala persyaratan
administrasi kami memulai pendakian. Tidak ada tantangan yang berarti selama
pendakian. Jalan yang begitu jelas dan tanjakan yang sama sekali tidak ekstrem
membuat perjalanan ini terasa sangat membosankan. Bahkan keramaian yang kalau
dipikir lebih rama daripada jalan depan rumah orang-orang. Dan hanya beberapa
rombongan saja yang cukup akrab mengajak bercanda.
Di Pos 3 hujan mulai turun dan perjalanan terasa sedikit
lebih sulit karena jalan menjadi licin. Sampai di Pos 4 kami berhenti dan
disini mulai terlihat Ranu Kumbolo walau sebagian besar masih tertutup kabut. Lama-kelamaan
kabut menghilang dan hujan pun reda. Sempat terpikir untuk membuat mie instan
untuk menghangatkan badan namun karena sudah cukup cerah akhirnya lanjut ke
camping ground. Siswa-siswa memilih jalur di tepian danau padahal dari
pengamatanku air danau cukup tinggi dan orang-orang memilih jalur atas. Aku hanya
bilang kalau jalur atas sepertinya lebih mudah tetapi mereka lebih berminat
lewat bawah. Akhirnya karena merasa kesulitan mereka memilih jalur atas.
Suasana berkabut kembali menyelimuti pinggiran Ranu Kumbolo.
Sayangnya suasana disana begitu ramai lebih mirip seperti pasar malam. Setelah menemukan
tempat yang dirasa cukup layak untuk mendirikan tenda kami mendirikan tenda dan
membereskan semua perlengkapan-perlengkapan yang kami gunakan.
Setelah langit cukup gelap gelap aku bergegas menuju
tanjakan cinta dengan maksud mengambil foto suasana Ranu Kumbolo saat malam
hari. Kabut tidak setebal saat sore hari dan cukup layak untuk mengambil foto
suasan camping ground saat malam hari. Ku cari beberapa lokasi yang cukup asik
untuk mengambil gambar. Langit yang berawan dan bulan yang cukup terang membuat
langit sebagai background tidak begitu indah. Dan kalau dipikir piker kalau
disitu ada biang lala sudah benar-benar seperti pasar malam, apalagi kalau
ditambah penjual martabak sama gula kapas.
Suara hewan-hewan mulai terdengar tidak terasa sudah pagi. Aku
begitu penasaran dengan sunrise di Ranu Kumbolo namun rasa penasaran itu harus
ditahan karena kabut begitu tebal. Aku mulai berjalan menaiki tanjakan yang
begitu fenomenal itu bukan karena pingin jodoh tetapi dari atas kelihatan kalau
di situ begitu terang karena terkena pancaran cahaya matahari. Mungkin dari
atas itu bisa melihat suasana ranu kumbolo yang ditutup kabut namun bagian atas
cerah. Tebakanku tepat diatas memang cerah dan di bawah Ranu Kombolo
seakan-akan berada dibawah awan. Aku hanya duduk sambil memegang kamera
menikmati suasana pagi dan hangatnya mentari.
Tak terasa sudah satu jam lebih berada di situ dan
sepertinya haru menengok ke Oro-oro Ombo yang ternyata saat itu kering dan
berwarna hitam. Akhirnya aku urung untuk turun ke sana dan meilih kembali ke
Ranu Kombolo. Ternyata di Ranu Kombolo kabut itu sudah menghilang dan suasana
berkabut menjadi begitu cerah. Sayang sekai karena dengan kondisi seperti itu
pasti sulit untuk mengabadikan gambar.
Menurutku Ranu Kumbolo adalah sebuah danau biasa yang tidak
begitu menarik. Mungkin orang-orang tertarik ke situ karena sebuah film yang
begitu popular beberapa tahun lalu. Suasana disitu juga tidak terlalu unik camp
ground dengan tepian danau biasa, jumlah hewan-hewan liar juga tidak teralu
banyak. Bagi yang menyukai tantangan sepertinya lebih cocok kalau ke sana
sambil lari atau paling tidak kebut-kebutan sampai ke kalimati dan menuju
puncaknya. Dan kalau orang yang mencari ketenangan tempat ini sama sekali tidak
direkomendasikan. Lebih baik cari gunung yang lain, seperti Gunung Argopuro
yang menawarkan keindahan danau yang tidak kalah dari Ranu Kombolo bahkan di
sana jauh lebih tenang dan alami.