PENGEMBANGAN APLIKASI ANDROID SEBAGAI
MEDIA PEMBELAJARAN KOMPETENSI PENGOPERASIAN SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIK
PADA SISWA KELAS XI SMKN 2 PENGASIH
Singgih
Yuntoto, Haryanto
Program
Studi Pendidikan Teknik Elektron, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Yogyakarta
Abstract
This research aims to develop an android application for learning media
of operation of the electronic control systems subject that consist of: (1) to
know the model design, (2) to know the functionality and (3) to know the
eligibility of learning media application. The type of this research is
development research with the model of software development that consist of software
requirement analysis, design, code generation and testing. The result of this
research are: (1) Learning media model with android application, (2)
functionality of android application as learning media, (3) the eligibility of
android application for learning media of operation of the electronic control
system based on the assesment from media expert and content
expert are obtained of 83,33 with “very decent’ category and obtained of 71,53
with “decent’ category respectively, based on the assessment from first users (teacher) and end users (student) are obtained of 80,81 with “very decent” category obtained of 76,67 with “very decent” category respectively.
Keyword:
Android application, electronic control systems, learning media
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan aplikasi android
sebagai media pembelajaran kompetensi pengoperasian sistem pengendali
elektronik yang meliputi (1) mengetahui desain model, (2) mengetahui fungsionalitas
dan (3) mengetahui kelayakan aplikasi. Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan dengan model pengembangan software
yang terdiri atas tahap analisis kebutuhan software,
desain, penulisan kode dan pengujian. Hasil penelitian adalah (1) model media
pembelajaran dengan aplikasi android.
(2) fungsionalitas aplikasi android
sebagai media pembelajaran. (3) Kelayakan aplikasi android media pembelajaran kompetensi mengoperasikan sistem
pengendali elektronik, berdasarkan penilaian oleh ahli media dan ahli materi mendapat
skor 83,33 dengan kategori “sangat layak”, dan mendapatkan skor 71,53 dengan kategori “layak”, oleh pengguna
pertama (guru) mendapatkan skor 80,81 dengan kategori “sangat layak” dan oleh
pengguna akhir (siswa) mendapatkan skor 76,67 dengan kategori “sangat layak”.
Kata
Kunci: Aplikasi android, media
pembelajaran, sistem pengendali elektronik
Penggunaan
teknologi dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan untuk mengatasi batas
ruang kelas. Dengan teknologi siswa dapat belajar di berbagai tempat seperti
melalui internet maupun ponsel mereka [1]. Selama pembelajaran guru jarang
menggunakan teknologi terbaru dan lebih suka menggunakan papan tulis. Siswa
juga belum akrab menggunakan teknologi untuk belajar. Perkembangan teknologi memberikan
kemudahan dalam mengakses media pembelajaran. Media pembelajaran kini dapat
diakses dengan menggunakan komputer maupun perangkat lain yang dapat digunakan
untuk menampilkan media tersebut. Pembuatan media pembelajaran juga lebih
mudah. Berbagai software telah
tersedia untuk membuat media pembelajaran. Dukungan software inilah yang dapat membuat media pembelajaran semakin
menarik dan dapat dengan mudah diproduksi.
Mobile
learning dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan dari PC. Keunggulan
perangkat mobile antara lain lebih mudah dibawa, dapat terhubung ke jaringan
kapan saja dan di mana saja, lebih fleksibel dalam mengakses sumber belajar,
kedekatan komunikasi, siswa dapat terlibat dan aktif [2]. Kemudahan
dan harga yang murah menjadi keunggulan utama. Kemudahan dalam membuat aplikasi
edukatif juga telah mendapat dukungan dari beberapa pihak. Beberapa toko
aplikasi telah menyediakan ruang khusus bagi pengembang aplikasi edukatif untuk
menawarkan aplikasi milik mereka.
Media pembelajaran haruslah dapat
digunakan secara massal mudah diperbanyak dan digunakan di berbagai tempat [3].
Siswa kesulitan menggunakan media pembelajaran. Keterbatasan alat menjadi
kendala dalam mengakses media pembelajaran. Komputer pribadi seperti laptop
dirasa masih mahal bagi kalangan menengah ke bawah. Fasilitas yang diberikan
oleh sekolah juga tidak dapat di gunakan setiap saat karena jumlahnya terbatas.
Media pembelajaran berupa software
mudah diperbanyak namun alat untuk mengaksesnya membutuhkan perangkat komputer
yang harganya relatif mahal. Teknologi mobile seperti smartphone menjadi alternatif teknologi untuk mengakses media
pembelajaran dengan lebih mudah dan murah.
Penggunaan mobile learning di sekolah masih sedikit. Laporan tahunan UNESCO
disebutkan penggunaan telepon genggam di sekolah masih dianggap tabu. Di
sekolah penggunaan telepon genggam masih dilarang sehingga apabila ada siswa
yang menggunakan telepon genggam akan disita [4]. Saat ada pertukaran pelajar
dari Thailand di SMKN 2 Pengasih, siswa dari Thailand selalu membawa pc tablet,
itu menjadi bukti di negara lain penggunaan mobile
learning sudah berkembang.
Smartphone
adalah teknologi mobile yang lebih murah jika dibandingkan dengan PC (Personal computer). Harga smartphone hanya sepertiga harga PC. Smartpone juga mempunyai kemampuan yang
relatif sebanding dengan PC. Keunggulan dari smartphone yang lain adalah mudah dibawa dan dapat terhubung ke
jaringan kapan saja dan di mana saja sehingga lebih fleksibel dalam mengakses
sumber belajar [2]. Membawa teknologi ke dalam kelas dapat menciptakan
pembelajaran yang lebih inovatif. Mengembangkan media pembelajaran berbasiskan
mobile dapat meningkatkan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran. kemudahan
mengakses media tersebut juga dapat membuat siswa lebih sering membuka kembali
materi yang disampaikan di luar jam pelajaran.
Salah satu OS mobile yang paling populer
adalah android. Android menguasai pasar sebesar 76.3%, iOS 13.2%, windows Home
3.7%, BB OS 2.9%, Linux 0.8, symbian 0.2%
dan lainnya 0.0%, survei tersebut diambil pada kuartal ketiga tahun 2013
[5]. Dari data tersebut dapat dilihat kalau sistem operasi android mempunyai
jumlah pengguna yang paling besar. Android
juga merupakan sistem operasi open
source sehingga relatif lebih mudah untuk mengembangkan aplikasi. Kemudahan pengembangan software menggunakan android merupakan
keunggulan sistem operasi android. Media pembelajaran yang akan dibuat
merupakan sebuah aplikasi android yang akan menampilkan materi pembelajaran.
Diharapkan dengan menggunakan android nantinya akan lebih mudah dalam
mengambangkan aplikasi.
Kompetensi mengoperasikan sistem
pengendali elektronik adalah kompetensi yang harus didukung kemampuan teori dan
praktek. Kurangnya media pembelajaran membuat siswa kurang memahami teorinya.
Pengembangan media pembelajaran diharapkan dapat mengatasi permasalahan
tersebut dan untuk mengurangi biaya dan kemudahannya konsep mobile learning
menjadi pilihan untuk mengembangkan media pembelajaran kompetensi tersebut.
Darmawan [6] menjelaskan
mobile learning adalah salah satu
alternatif bahwa layanan pembelajaran dapat dilaksanakan di mana saja dan kapan
saja. Mobile learning didasari alasan
bahwa pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Ally [7] menjelaskan
mobile learning membuat siswa dapat mengatur sendiri kapan dia mau belajar dan
dari mana sumber belajar yang dia inginkan. Dalam konteks saat ini mobile
learning adalah pembelajaran yang memanfaatkan perangkat mobile dan jaringan
mobile sehingga siswa dapat dengan mudah mengakses materi di mana saja dan
kapan saja. Secara teknis dapat dikatakan pembelajaran secara pribadi yang
menghubungkan pelajar dengan komputasi awan menggunakan perangkat mobile. Mobile learning kebalikan dari pembelajaran yang terjadi di kelas
tradisional di mana pelajar hanya duduk, bergerak, memperhatikan guru yang
berdiri di depan kelas [2]
Woodil [2] menjelaskan
ekosistem mobile learning terdiri dari bebagai perangkat yang terhubung dengan berbagai jenis jaringan seperti: (1)
mobile phone, (2) PDA, (3) Smartphone, (4) Notebook dan Netbook, (5) teblet PC,
(6) kemera digital, (7) media player portabel, dan (8) konsol game portabel.
Smartphone dipandang sebagai platform yang paling cocok untuk mengembangkan
mobile laerning karena kemampuan smartphone sudah sangat mumpuni dengan
berbagai fitur dan fungsi seperti pada komputer.
Safaat [8] menjelaskan android adalah
sistem operasi untuk perangkat mobile
berbasis linux yang mencakup sistem operasi, middleware dan aplikasi. Android adalah platform terbuka yang
memungkinkan pengembang menciptakan aplikasi mereka. Android di distribusikan
dengan dua jenis. Pertama yang mendapat dukungan penuh dari google atau Google
Mail Service (GMS). Kedua adalah yang tidak mendapatkan dukungan langsung dari
google atau Open Handset Distribution(OHD). Pada tahun 2000 Google mangakuisi
perusahaan bernama Android yang didirikan oleh Andy Rubin, Rich Miner dan Chris
White. Kemudian pada 5 November 2007, Google memperkenalkan Android
Safaat [8] juga menjelaskan android
merupakan platform masa depan karena menjadi platform mobile pertama yang
lengkap, terbuka dan bebas. (1) Lengkap (complete platform): para pembuat
software dapat dengan bebas membuat pendekatan dalam mengembangkan software.
Android juga sistem operasi yang aman dan banyak tersedia peralatan untuk
membangun software. (2) Terbuka (Open Source Platform): Android disediakan
secara terbuka sehingga pengembang dapat dengan bebas mengembangkan aplikasi.
(3) Free (free platform): pengembang dapat dengan bebas membuat aplikasi tanpa
lisensi atau biaya royalti yang harus dibayarkan, tidak ada biaya keanggotaan,
tidak ada biaya pengujian, tidak ada kontrak yang diperlukan dan dapat
didistribusikan dan diperdagangkan secara bebas dalam berbagai bentuk.
Rohani [9] menjelaskan pada hakikatnya
kegiatan belajar mengajar adalah proses komunikasi. Proses komunikasi harus
diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi
oleh setiap guru dan siswa. Melalui proses komunikasi inilah pesan atau atau
informasi dapat diserap dan dihayati orang lain. Dalam proses komunikasi dapat
terjadi perbedaan persepsi sehingga perlu sarana untuk membantu proses
komunikasi yang disebut media.
Smaldino et.al [1] menjelaskan media berasal
dari bahasa latin yang berarti perantara. Media merupakan segala hal yang
membawa informasi dari sumber informasi kepada penerima. Contoh dari media
adalah video, televisi, diagram, materi cetak, program komputer dan instruktur.
Media dapat dianggap sebagai media pembelajaran apabila bertujuan untuk
menyampaikan pembelajaran. Tujuan dari
media pembelajaran adalah untuk memfasilitasi komunikasi dan belajar. Dalam
mobile learning, media dalam proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai alat
yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari pembuat pesan kepada penerima.
Alat ini berupa program komputer yang dimanfaatkan untuk menyajikan materi.
Nasution [10] menjelaskan komputer
sebagai alat pembelajaran mempunyai keuntungan: (1) Dapat membantu murid dan
guru dalam proses pembelajaran. (2) Mempunyai banyak kemampuan, seperti membuat
hitungan, memproduksi grafik, gambar dan informasi. (3) Lebih fleksibel dalam
mengajar, dapat diatur sendiri oleh penulis pelajaran atau penyusun kurikulum.
(4) CAI dan guru dapat saling melengkapi. (5) Dapat menilai hasil setiap
pelajaran dengan segera.
Alfi [11] menjelaskan sistem kendali
otomatis mempunyai peranan tinggi dalam penggunaan teknologi. Contoh kongkrit
penggunaann sistem kendali adalah pada pesawat ruang angkasa, peluru kendali,
sistem pengemudi pesawat, satelit dan sebagainaya. Industri juga memerlukan
sistem kendali untuk mesin-mesin manufaktur untuk mengemdalikan proses seperti
tekanan, suhu, aliran, gesekan, kelembapan dan sebagaianya. Di dalam silabus
kompetensi mengoperasikan sistem pengendali elektronik terdapat 6 standar
kompetensi yaitu (1) memahami prinsip pengoperasian sistem pengendali
elektronik, (2) merencanakan rangkaian kendali elektronik sederhana, (3)
membuat rangkaian pengendali elektronik sederhana, (4) mengoperasikan sistem
kendali elektronik, (5) memehami data operasi sistem kendali elektronik dan (6)
melakukan tindakan pengamanan pada sistem kendali elektronik.
Metode Penelitian
Model pengembangan menggunakan prosedur
pengembangan software oleh Pressman [12] yang terdiri dari 4 macam kegiatan
yaitu: analisis kebutuhan, desain, penulisan kode dan pengujian dengan tambahan
aktivitas pendukung seperti proyek pelacakan dan kontrol, manajemen risiko,
penjaminan kualitas, manajemen konfigurasi dan tinjauan teknik yang diterapkan
dalam seluruh proses. Prosedur ini menggunakan model waterfall yaitu dengan
proses yang dimulai dari analisis sampai pengujian dilakukan secara linear.
Dalam proses ini setiap kegiatan utama harus diselesaikan secara tuntas sebelum
melangkah ke kegiatan selanjutnya. Urutan proses pengembangan dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar
1. Proses Pengembangan Waterfall
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri
2 Pengasih yang beralamat di Jln. Kertodiningrat, Margosari, Pengasih, Kulon
Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan September sampai November tahun
2014. Subyek penelitian ini adalah dua ahli media dan dua ahli materi, tiga
guru prodi TITL SMK Negeri 2 Pengasih dan 20 Siswa kelas XI prodi TITL SMK
Negeri 2. Teknik pengumpulan data dilakukan denga observasi, wawancara dan
angket. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui kelayakan aplikasi
media pembelajaran adalah teknik analisis deskriptif.
Hasil Penelitian dan pembahasan
Model aplikasi android sebagai media
pembelajaran mengoperasikan sistem pengendali elektronik yang tepat harus
memuat unsur kompetensi, materi dan model evaluasi. Serta unsur media yang
meliputi kaidah media pembelajaran dan kaidah media CAI yang meliputi unsur
software dan usability. Model
penyajian kompetensi dikembangkan berdasarkan silabus yang dimiliki oleh SMK
Negeri 2 Pengasih. Kompetensi untuk program keahlian Teknik Instalasi tenaga
listrik dibatasi pada standar kompetensi mengoperasikan sistem pengendali
elektronik dengan pokok bahasan (1) prinsip pengoperasian sistem kendali, (2) merencanakan
rangkaian kendali elektronik, (3) membuat rangkaian pengendali elektronik, (4) mengoperasikan
sistem pengendali elektronik, (5) memahami data operasi sistem pengendali
elektronik dan (6) pengamanan sistem pengendali elektronik. Pembatasan ini
dilakukan saat pengenalan masalah pada tahapan analisis kebutuhan software.
Aplikasi dirancang untuk memudahkan siswa
membuka materi melalui smartphone android. Sebelum memulai pembelajaran file
program dikirimkan ke siswa melalui bluetooth atau jaringan internet. Setelah
file dikirim siswa langsung menginstal pada smartphone mereka. Untuk mengatasi
keterbatasan siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi.
Gambar 2. Produk Akhir Aplikasi Media Pembelajaran Kompetensi Pengoperasian Sistem
Pengendali Elektronik
Model evaluasi pada aplikasi ini
bertujuan sebagai latihan soal untuk siswa. Evaluasi menggunakan soal pilihan
yang terdiri dari 20 soal. Pilihan pada soal menggunakan radio button untuk
memilih jawaban. Soal yang ditampilkan dapat berupa soal dengan gambar ataupun
hanya soal saja. 20 soal tersebut disimpan dalam sebuah database yang akan
ditampilkan secara acak setiap memulai soal. Soal dimulai dengan mengisikan
nama. Setelah mengisikan nama akan muncul soal dan hitungan mundur soal akan
dimulai. Hasil evaluasi ditampilkan pada bagian akhir yang memuat skor yang
didapat dan nomor yang salah.
Navigasi pada aplikasi ini menggunakan
tombol dan gesture swipe. Tombol
diletakkan pada bagian layout
aplikasi dan bagian action bar
aplikasi. Sedangkan penggunaan swipe
diletakkan pada bagian layout. Pengujian dilakukan dengan menjalankan aplikasi
dan mencoba fungsi-fungsi navigasi. Pada pengujian Black Box seluruh fungsi
navigasi dapat berfungsi sesuai dengan fungsinya.
Pada tahap pengujian aplikasi ini dicoba
pada beberapa perangkat dengan spesifikasi dan sistem operasi yang berbeda.
Hasilnya aplikasi dapat dijalankan dengan baik pada API level 8 (Android 2.2
Froyo) sampai API level 19 (Android 4.4 KitKat). Dapat berjalan dengan baik
menggunakan RAM minimal 512 mb dan ukuran layar 3,7 inci sampai 5 inci.
Aplikasi media pembelajaran kompetensi
pengoperasian sistem pengendali elektronik dapat beroperasi pada berbagai
perangkat android. Operasional aplikasi menggunakan sistem operasi android API
level 8 (Android 2.2 Froyo) sampai API level 19 (Android 4.4 KitKat). Aplikasi
ini hanya dapat dioperasikan menggunakan perangkat dengan ukuran layar 3,7 inci
sampai 5 inci. Apabila menggunakan ukuran di luar ukuran tersebut ada
kemungkinan susunan widget tidak pas dan sulit diakses. Penginstalan dilakukan
dengan mengirim APK dengan menggunakan bluetooth atau melalui jaringan
internet. File APK dapat dibuka langsung menggunakan file manager yang terdapat
pada smartphone kemudian cukup di buka dan diinstal. Apabila sistem masih dalam
kondisi default maka pengguna harus mengabaikan peringatan bahaya dan
mengizinkan aplikasi tersebut dibuka. Walaupun ada peringatan bahaya aplikasi
ini aman untuk diinstal.
Kelayakan aplikasi media pembelajaran
pengoperasian sistem pengendali elektronik dinilai berdasarkan ahli media dan
ahli materi. Penilaian kelayakan aplikasi media pembelajaran oleh ahli media
dinilai berdasarkan 3 aspek yaitu aspek kaidah media media pembelajaran, tata
laksana dan media CAI. Data hasil penilaian oleh ahli media dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel
1. Data Hasil Penilaian Ahli Media
No.
|
Aspek
|
Skor
|
Kategori
|
1.
|
Kaidah
media
|
81,11
|
Sangat
layak
|
2.
|
Tata
laksana
|
83,33
|
Sangat
layak
|
3.
|
Media
CAI
|
86,36
|
Sangat
layak
|
Skor total
|
83,33
|
Sangat layak
|
Skor total penilaian oleh dua orang ahli media diperoleh skor 83,33
(kategori “sangat layak”). Sehingga dapat dikatakan bahwa kelayakan aplikasi
media pembelajaran kompetensi mengoperasikan sistem pengendali elektronik berdasarkan
ahli media termasuk dalam kategori “sangat layak” digunakan sebagai media
pembelajaran.
Penilaian kelayakan aplikasi media
pembelajaran oleh ahli materi dinilai berdasarkan 3 aspek yaitu aspek kaidah
media media pembelajaran, tata laksana dan relevansi materi. Data hasil
penilaian oleh ahli materi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2. Data Hasil Penilaian Ahli Materi
No.
|
Aspek
|
Skor
|
Kategori
|
1.
|
Kaidah
media
|
72,92
|
Layak
|
2.
|
Tata
laksana
|
77,78
|
Sangat
layak
|
3.
|
Relevansi
materi
|
66,67
|
Layak
|
Skor total
|
71,53
|
Layak
|
Skor total penilaian oleh dua orang ahli materi diperoleh skor 71,53
(kategori “layak”). Sehingga dapat dikatakan bahwa kelayakan aplikasi media
pembelajaran kompetensi mengoperasikan sistem pengendali elektronik berdasarkan
ahli materi termasuk dalam kategori “layak” digunakan sebagai media
pembelajaran.
Penilaian kelayakan aplikasi media
pembelajaran oleh pengguna pertama (guru) dinilai berdasarkan 4 aspek yaitu
aspek kaidah media media pembelajaran, tata laksana, media CAI dan relevansi materi.
Data hasil penilaian oleh guru dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel
3. Data Hasil Penilaian Pengguna Pertama (Guru)
No.
|
Aspek
|
Skor
|
Kategori
|
1.
|
Kaidah
media
|
84,25
|
Sangat
layak
|
2.
|
Tata
laksana
|
79,62
|
Sangat
layak
|
3.
|
Media
CAI
|
84,44
|
Sangat
layak
|
4.
|
Relevansi
materi
|
75,56
|
Sangat
layak
|
Skor total
|
80,81
|
Sangat Layak
|
Skor total penilaian oleh tiga orang guru diperoleh skor 80,81 (kategori
“sangat layak”). Sehingga dapat dikatakan bahwa kelayakan aplikasi media
pembelajaran kompetensi mengoperasikan sistem pengendali elektronik berdasarkan
penilaian guru termasuk dalam kategori “sangat layak” digunakan sebagai media
pembelajaran.
Penilaian kelayakan aplikasi media
pembelajaran oleh pengguna akhir (siswa) dinilai berdasarkan 3 aspek yaitu
aspek kaidah media media pembelajaran, media CAI dan relevansi materi. Data
hasil penilaian oleh siswa dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel
4. Data Hasil Penilaian Pengguna Akhir (Siswa)
No.
|
Aspek
|
Skor
|
Kategori
|
1.
|
Kaidah
media
|
78,33
|
Sangat
layak
|
2.
|
Media
CAI
|
76,33
|
Sangat
layak
|
3.
|
Relevansi
materi
|
73,61
|
Layak
|
Skor total
|
76,67
|
Sangat Layak
|
Skor total penilaian oleh 20 siswa diperoleh skor 76,67 (kategori
“sangat layak”). Kemudian dari data penilaian oleh siswa pada uji pengguna
akhir maka disusun tabel distribusi frekuensi seperti pada Tabel 5.
Tabel
5. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Pengguna Akhir (Siswa)
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
Sangat layak
|
11
|
55
|
Layak
|
9
|
45
|
Tidak layak
|
0
|
0
|
Sangat tidak
layak
|
0
|
0
|
Jumlah
|
20
|
100
|
Berdasarkan Tabel 5, maka distribusi frekuensi skor total pada uji
pengguna akhir dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Uji Pengguna Akhir
Dari gambar diagram di atas dapat diketahui bahwa 55% siswa pada uji
beta menyatakan bahwa aplikasi media pembelajaran dalam kategori “sangat layak”
sebagai media pembelajaran. sedangkan 45% siswa menyatakan aplikasi media
pembelajaran dalam kategori “layak” digunakan sebagai media pembelajaran. Tidak
ada siswa yang menyatakan aplikasi media pembelajaran “tidak layak” atau
“sangat tidak layak” digunakan.
Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan
pembahasan maka dapat disimpulkan: (1) Penyajian
kompetensi dikembangkan berdasarkan silabus kompetensi kejuruan SMK Negeri 2
Pengasih dengan standar kompetensi mengoperasikan sistem pengendali elektronik.
Pokok bahasan yang disampaikan adalah (a) prinsip pengoperasian sistem
pengendali, (b) merencanakan rangkaian kendali elektronik, (c) membuat
rangkaian pengendali elektronik, (d) mengoperasikan sistem pengendali
elektronik, (e) memahami data operasi sistem pengendali elektronik dan (f) pengamanan
sistem pengendali elektronik. Persiapan dilakukan dengan membentuk kelompok
diskusi dan membagikan file apk kepada siswa. Kemudian materi disajikan dalam
diskusi siswa pada saat proses pembelajaran dan di luar jam pelajaran siswa
dapat berdiskusi sendiri. Pada bagian evaluasi dibuat menjadi latihan soal
dengan jumlah 20 soal pilihan. (2) Fungsionalitas navigasi pada aplikasi media
pembelajaran yang menggunakan tombol dan gesture swipe pada untuk membuka atau
mengganti halaman dapat berfungsi dengan baik. Aplikasi media pembelajaran
dapat digunakan dengan baik pada android API level 8 (androin 2.2 Froyo) sampai
API level 19 (android 4.4 KitKat). Pengoperasian aplikasi media pembelajaran
menggunakan APK yang dikirim melalui bluetooth atau jaringan internet. Kemudian
siswa dapat menginstalnya pada perangkat smartphone mereka. (3) Aplikasi media
pembelajaran kompetensi pengoperasian sistem pengendali elektronik dapat
digunakan pada berapa perangkat android dengan ukuran layar 3,7 inci sampai 5
inci. Kelayakan aplikasi media pembelajaran kompetensi pengoperasian sistem
pengendali elektronik berdasarkan: (a) Penilaian ahli media dinilai berdasarkan
3 aspek yaitu aspek kaidah media media pembelajaran, tata laksana dan media
CAI. Mendapatkan skor 83,33 atau termasuk “sangat layak” digunakan.(b) Penilaian
ahli materi dinilai berdasarkan 3 aspek yaitu aspek kaidah media pembelajaran,
aspek tata laksana dan aspek relevansi materi. Mendapatkan skor 71,53 atau
termasuk “layak” digunakan. (c) Penilaian oleh guru dinilai berdasarkan 4 aspek
yaitu aspek kaidah media pembelajaran, aspek tata laksana, aspek media CAI dan
aspek relevansi materi. Mendapatkan skor 80,81 atau termasuk kategori “sangat
layak” digunakan
Daftar Pustaka
[1] Smaldino, Sharon E.
et al.2005. Instructional Technology and
Media For Learning. New Jersey:Prentice Hall
[2] Woodill, G. 2010. The mobile learning edge: Tools and
technologies for developing your teams. McGraw Hill Professional
[3] Arsyad,
Azhar. 2002. Media Pembelajaran.
Jakarta: Raja Grafindo.
[4] Chimbelu, Chiponda.
2014. Can tech help solve some of
Africa’s education problems?. Diakses dari http://www.de.de. Pada tanggal
24 Februari 2014. Jam 19.05
[5] IDC. 2014. Smartphone OS Market Share, Q3 2013.
Diakses dari http://www.idc.com/prodserv/smartphone-os-market-share.jsp 15
Februari 2014 jam 19:00 WIB.
[6] Darmawan, Deni. 2012.
Teknologi Pembelajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
[7] Ally, Muhamed. 2009. Mobile learning: transforming the delivery of education and training.
Québec: AU Press
[8] Safaat, Nazrudin. 2012.
Pemrograman Aplikasi Mobile Smartphone
dan Tablet PC Berbasis Android. Bandung: Informatika.
[9] Rohani, Ahmad. 1997 Media Instruksional Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
[10] Nasution. 2005. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
[11] Alfi, A. Faozan.
2002. Dasar Sistem Kendali (Bahan Ajar).
Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNY.
[12] Pressman, Roger S.
2001. Software Engineering A
Practitioner's Approach Fifth Edition. New York: Mc Graw Hill Higer
Education.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar